Bagaimana Bahasa dan Suara Pengaruhi Perilaku Anak?
Anak mengenali bahasa dengan sangat cepat. Semua kata seakan melingkupi dunia mereka. Tetapi, kata-kata bekerja dengan dua arah. Ketika mendengar, anak juga akan bereaksi. Faktor orangtua dan lingkungan akan membentuk tingkah laku anak, bersandar pada bagaimana mereka memperhatikan apa yang diucapkan dan bagaimana cara mengatakannya.
- Masa bayi
Sebelum lahir, bayi sebenarnya sudah belajar bahasa. Ketika lahir, bayi tidak hanya cenderung mendengar suara ibu. Teapi juga pada bahasa yang kerap digunakan oleh ibu. Menurut penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Utrecht University, bayi dapat membedakan bahasa Belanda dan China sebaik orang dewasa.
Bayi juga mengerti irama dan warna bahasa jauh sebelum mereka mengerti artinya. Penting artinya untuk diingat para orang tua. Bayi akan lebih banyak menyimak dari nada bicara Anda ketimbang makna kata-kata yang diucapkan. Menggunakan bahasa dengan irama cepat dan nada yang keras akan mengakibatkan kegelisahan. Sementara menggunkan irama yang pelan dan lembut akan menenangkan bayi yang gelisah.
- Anak kecil dan usia pra-sekolah
Saat mereka mulai belajar jalan, beberapa anak mulai mengerti kata-kata. Masa kanak-kanak adalah yang tahap paling penting dalam mengembangkan kemampuan berbahasa seorang anak. Ketika berbicara, bayi tampak lucu, namun beberapa guru Montessori menyarankan orangtua berbicara dengan irama bicara layaknya orang dewasa. Gunakan kalimat yang lengkap dengan kata-kata yang akurat untuk menyebut anggota tubuh berikut fungsinya.
Berikan pula instruksi yang jelas. Saat menginjak usia pra skeolah, anak mulai mampu mengikuti tiga atau empat instruksi sekaligus. Ketika anak melakukan kesalahan, sebaiknya ditegur tanpa menghukum atau mengoloknya. Bila benar, tidak ada salahnya memberikan penghargaan untuk memacu semangatnya.
- Anak dan remaja
Gunakan bahasa bermakna positif pada anak dan remaja untuk membangun kekuatan personal dan pengendalian dirinya. Namun bukan berarti orangtua harus membanggakan anak, apapun yang dia lakukan. Misalnya, orangtua dapat mengatakan, "Hebat, sudah bisa membersihikan kamar sendiri," daripada sekedar berkata, "Anak mama hebat."
Kalimat pertama menunjukkan orangtua mengakui kemampuan anak. Sedangkan yang kedua justru menunjukkan kebanggaan orangtua tanpa mengakui kemampuan diri anak.
Bahasa, nada, dan kemarahan
Orangtua harus menjadi contoh. Anak yang hidup dengan kemarahan dan orang tua yang kasar, akan belajar hal yang sama. Bila orangtua merasa marah dan putus asa, sebaiknya jangan berteriak. Hal ini akan mengajarkan anak untuk melakukan hal yang sama. Daripada berteriak, orangtua lebih baik mengatakan apa yang membuat kesal. Misalnya jangan mengatakan,
"Kenapa kamu nggak ngerjain PR?," lebih baik "Kalau adek ngerjain PR, nilai adek jelek. mama bisa marah." Berbagai dengan suara yang tenang mengajarkan anak berkomunikasi secara baik dan jelas.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar